Tuhan izinkan aku mengikuti setiap rancangan-Mu. Seperti engkau rancangkan setiap detail di hidupku.
Aku percaya hidup ini seperti pensil, dia sanggup menuliskan hal hal besar. Tetapi aku ingat selalu ada tangan yang membimbingnya untuk menuliskan hal besar. Sama seperti tangan-Mu yang selalu membimbingku.
Sesekali dalam perjalanannya aku berhenti sejenak untuk meraut pensil ini. Pensil ini akan merasakan sakit, tetapi sesudahnya dia menjadi jauh lebih tajam. Begitu pula dengan hidup kita, kita harus belajar menanggung penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan adalah hal hal yang diberikan ke kita untuk meraut diri dan menjadi pribadi yang lebih layak.
Yang terpenting pada sebuah pensil adalah grafit di dalamnya bukan kayu luarnya, jadi perhatikan selalu apa yang tertanam di dalammu.
Yang paling esensial adalah ingin kau pergunakan apa pensil itu, apakah menulis suka cita? Atau sebatas duka. Karena apa yang kita lakukan akan meninggalkan bekas di dunia ini.
Selamat berjuang dan jadilah pensil kehidupan.
Ari Raharja (pangs)
Tinggalkan Balasan