Ketika Kopi Menjadi Bagian dari Gaya Hidup

,

Hi folks, udah lama gak upload juga banyak urusan freelance, bisnis, dan kuliah, wuah asik pokoknya banyak kesibukan dan bener bener mempraktekan ajaran \”Ikigai / 生き甲斐\” dimana berbahagia dengan tetap menyibukkan diri dan menemukan setiap makna dibalik kehidupan yang luas. Ok sekarang saya mau share bukan soal Ikigai tapi tentang kopi dan gaya hidup.

Sebelumnya saya mau nulis intro tentang interaksi awal saya dengan kopi di beberapa paragraf dibawah, Tulisan yang saya buat 7 September 2016 di jurnal dan website lama saya akan kembali saya tulis dibawah. Ok so sedikit ceritanya gini

Intro

Sejak bulan Juni 2015 lalu saya sering sekali berkunjung ke kedai kopi di dekat rumah saya untuk mencicipi aneka varian kopi yang ada di Nusantara ini mulai dari kopi : Aceh Gayo (Arabica), Robusta Dampit, Flores bejawa, Bali kintamani, Papua Wamena dan banyak yang sudah saya cicipi. semuanya punya ciri khas, mulai dari rasa, aroma, kepekatan bahkan metode penyajian yang berbeda bisa menghasilkan setjangkir kopi dengan rasa yang berbeda.

Awalnya suka minum kopi bukan ikut ikutan, tapi murni ingin merayakan kehidupan di momen ini dengan setjangkir kopi lalu duduk sendirian di sudut kedai dan ini bagian terbaiknya saat mulai merasakan kopinya mulai dari aroma dan rasanya. sembari mengerjakan tugas atau beraktifitas atau hanya duduk saja dan menikmati momen semuanya terasa pas menancap di hati. sampai pada akhirnya saya ingin mengexplore banyak hal dalam kopi ini sendiri mulai dari cupping, ingin mencoba mengolahnya, brewing kopi, meraciknya, sampai ingin melakukan single origin trip (apalagi ini?) bagi yang belum tau single origin trip itu semacam travelling tapi tujuan travellingnya buat mencari kopi yang endemik dari suatu daerah tersebut. dulu single origin trip ini cuma segelintir orang yang berprofesi di bidang kopi tapi sekarang pecinta dan penikmat banyak yang melakukanya.

Menurut saya hobby menikmati kopi ini sangat unik, hampir setiap penikmat atau pecinta punya kedai favorit atau coffee shop pilihan mereka.

Ya begitulah interaksi awal saya saat menjadi penikmat kopi saya suka mampir buat coba varian dan metode penyajian baru, dan untuk nambah pengetahuan saya sering berinteraksi dan bertanya tanya kepada barista kopi tersebut, sering sering baca tentang kopi juga saya lakukan. serius interaksi awal dengan kopi sangat menyenangkan. bagi kamu yang suka menyendiri atau ingin menyendiri kamu bisa quality time di kedai kopi.

Kopi dan Lifestyle Metro

Semenjak saya mengenal kopi seduh manual/espresso based coffee dan ngopi dengan biji kopi fresh itu cukup menyenangkan dan ada kepuasan tersendiri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai meluangkan waktu berkunjung ke kedai kedai sembari mengerjakan tugas, pekerjaan atau hanya sekedar nongkrong dan baca buku, tapi saya sedikit kesepian karena sedikit bahkan tidak ada teman saya yang banyak tahu mengenai edukasi kopi yang menggunakan biji fresh ataupun kopi seduh manual itupun kebanyakan dari mereka taunya Espresso rasanya manis kayak di iklan iklan . Saya tidak menghina karena hanya mereka tidak pernah tau atau di edukasi bahwa kopi lokal sangat banyak. Yang mengetahui seperti ini biasanya kalangan menengah atas tapi tidak juga karena akhir akhir ini mulai banyak kedai seduh manual yang menggunakan biji fresh dan beragam metode.

Alhasil agar tidak kesepian saya mulai mengajak ngopi teman teman saya awalnya ada yg langsung mencoba v60 tapi dengan gula, ok saya maklumi kita gak perlu ngejudge bahwa minum kopi untuk menikmati orisinalitas rasanya harusnya tanpa gula. Tapi itu tidaklah masalah untuk saya karena awal saya mengenal saya juga menggunakan gula lalu perlahan banyak teman teman saya yang minum kopi tanpa gula dengan beragam metode. Mereka mulai menikmati.

Karena prinspinya minum kopi bukan kewajiban melainkan pilihan, apapun pilihannya ngopi tetap ngopi walaupun dengan atau tanpa gula. Dengan struktural hidup metropolitan kopi tidak lagi kami pandang seperti cara minumnya dengan atau tanpa gula atau dari manapun, melainkan sebagai bahan \”pembuka obrolan, teman mengerjakan tugas dan membaca, teman kerja bahkan teman saat kita sedang berjalan di suatu mall atau sudut sudut gedung besar kota\”

Seiring waktu dari sini dengan padatnya aktifitas kopi mulai kami bawa bawa pada setiap sudut kehidupan, nyantai ngopi, kerja ngopi, ngumpul ngopi. Waktu menyempit manusia terkadang tidak lagi minum di kedai ada yang membawa gelas mereka ke kantor, bekerja dan lain lain seperti di foto saya, saya membawa kopi sembari jalan jalan pagi di pusat pembelanjaan. Kopi take away alias bawa pulang juga memiliki filosofi ketika nilai nilai kota metropolitan di penuhi para pekerja keras. Kopi take away bukan lagi kopi biasa melainkan kopi yang memiliki filosofi \”It\’s coffee for the hustler, hustler doesnt have much time to sit and spend a time with talking worthless shit, This coffee is represent the hard worker, the creative junkies, the hipster\”

Dilain sisi seni visual mulai naik daun dimana dunia mulai di representasikan dengan visual dan penuh pengakuan semenjak media sosial lahir khususnya instagram, banyak dari mereka termasuk saya mulai membuat kopi sebagai objek foto yang sangat genic.

Bagi saya pribadi kopi bukan cuma lifestyle melainkan teman saya menikmati setiap kehidupan, kopi adalah media untuk membuka obrolan, kopi adalah teman, kopi adalah meditasi Mindfulness dengan menghirup aromanya di tiap pagi, kopi adalah pelengkap alunan mozart dan buku self development atau novel cinta. Bagi saya kopi sendiri adalah kehidupan yang merepresentasikan kebebasan.

Bagaimana dengan kamu, nggak ngopi? Ok saya gak paksa kok karena Kopi itu pilihan bukan kewajiban tapi kalau kamu gak ngopi berati kamu bukan pilihan.

ahahaha bercanda kok, ok semoga ter-provokasi dan selamat merayakan ibadah ngopi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *