Perihal Rindu Yang Menjadikannya Penting (Tentang Kepulangan dan Arti Kata Rumah) Pt.2

Tidak semua orang bisa berkata \”aku pulang\” sekalipun pada rumahnya atau keluarganya, tidak semua pulang itu melepas segela lelah, tidak semua rumah bisa menjadi wadah hati yang gundah. Kurang lebihnya begitu, atau \”jangan jangan itu aku ?\” tanyaku atas pernyataanku sendiri yang terlintas saat berjalan di trotoar sembari mengingat ada hati yang terlantar disana. Ya disana di jalan Tunjungan, dimana kala itu kita (kamu yang dahulu menemani) pernah saling bicara soal tujuan. Berdamai dengan lalu memang tak semudah itu, adalah wajar jika kita terluka, jangan salahkan dia atau kota ini, bagaimanapun kota ini bukan hanya ruang tampung kenangmu, lalu kau salahkan segala isinya, bagaimanapun itu, Surabaya bagiku adalah tentang dimana kita semua berjuang dan bertaruh akan setiap usaha kita baik menang ataupun kalah demi kehidupan yang lebih baik.

Berbicara tentang kota ini, adalah kamu yang menyeretku kembali kesini dengan harap aku bisa menemukan rumahku lagi dan kata pulangku. Perihal rindu lebih dari itu, masih ada seorang kamu yang menjadikan semuanya tertaut. Seorang kamu yang meruntuhkan sistem orbitku, mendadak Geosentris dan kamu seolah menjadi pusat dari tata suryaku, Ibarat musafir yang jauh dari rumah kamu mendekatkan rumah dengan gravitasimu yang melawan segala teori. Sekali lagi sesuatu menjadi penting apabila ada rasa cinta dan rindu di dalamnya. Dari sini aku belajar bahwa hal itu tidak hanya berlaku pada asmara tetapi juga seisi dunia dan kehidupan ini.

Bintang pergi dari langit kota, ada seberkas cahaya dari timur langit. Sudah saatnya tiba pagi setelah semalam utuh kuhabiskan akan tanya akan pencarian kata pulang dan rumah. Pagi ini hanya ada kamu yang kuharap bisa mengisi ruang baru, mengisi kata kata yang hilang, menambal segala lakuna bak palung tanpa dasar ini. Bergegasku menuju temu, sesampainya disana yang kulihat di sebuah sudut dekat pintu di sebuah kedai kopi, ada seoarang kamu yang sudah duduk menanti membawa senyuman penuh isyarat. \”Hi\” itu lah kalimat utama yang kudengar. Sambil tersenyum dan duduk di meja yang sudah kamu pesan.

Duduk dan bercakap sambil melihat diantara jendela kaca yang berbabur dengan refleksi hangat lampu kedai kopi, mendadak hujan datang seolah membawa semua puisi jatuh ke bumi. Seketika ingatanku terbawa kembali, betapa nostalgianya bisa melihat hujan bersama orang yang kita cinta ditemani berbagai macam kehangatan. Terjeda percakapan ini, hanya ada kamu dan aku yang menengok ke arah jendala. Tersadar aku mungkin kehangatan memang dasar setiap rasa nyaman, entah kehangatan dari kopi ini atau percakapan yang mengalir di antara kita. Dan kenyamanan adalah dasar manusia bisa mengetahui dimana rumahnya sehingga dia tahu apa arti kata pulangnya.

Akhirnya pencarian kata Pulang dan rumahku selesai, Ya semoga kamu adalah representasi rumahku untuk selamanya dan terakhir kalinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *